Minggu, 29 Juli 2012

Artikel : Macam-macam Fitnah

Allah swt pada surat Al Baqarah [2]:191, lebih lengkap terjemahannya adalah: "Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir."

Kata fitnah yang dosanya lebih besar dari pembunuhan disebutkan pula dalam firman lain yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh, mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."(QS Al Baqarah [2]:217).

Ayat ini penting untuk kita pahami karena ia seringkali digunakan untuk sesuatu yang bukan maksudnya, hal ini karena kata fitnah sudah menjadi bahasa Indonesia yang konotasinya adalah mengemukakan tuduhan negatif kepada seseorang padahal orang itu tidak seperti yang dituduhkan. Bisa jadi banyak istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab atau dari kata yang terdapat di dalam Al-Qur’an tapi maknanya tidak seperti yang dimaksud oleh Al-Qur’an dan ketika orang menggunakan kata itu, ia menggunakan dalil Al-Qur’an untuk membenarkannya, bukankah ini namanya penyalahgunaan suatu ayat?.

Dalam Ensiklopedi Al-Qur’an, fitnah berasal dari kata fatana yang berarti membakar logam, emas atau perak untuk menguji kemurniannya. Juga berarti membakar secara mutlak, meneliti, kekafiran, perbedaan pendapat dan kezaliman, hukuman dan kenikmatan hidup.

MAKSUD AYAT.

Bila diteliti ayat sebelum dan sesudah ayat di atas, turunnya ayat ini menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya merupakan perintah atau izin kepada Nabi dan kaum muslimin untuk melakukan peperangan terhadap orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin, namun memerangi mereka yang memerangi kaum muslimin tidak boleh melampaui batas seperti membunuh musuh sampai memotong-motong atau mencincang mereka, membunuh wanita, anak-anak, orang tua yang lanjut usia, rahib dan pendeta yang ada di rumah ibadah mereka padahal mereka tidak terlibat dalam peperangan, membunuh hewan dan merusak lingkungan seperti menebang atau membakar pohon, merusak rumah ibadah dan sebagainya.

Dibolehkan dan diperintahkannya kaum muslimin memerangi orang-orang kafir karena kekufuran dan kemusyrikan serta menghalangi manusia dari jalan Allah merupakan perbuatan yang lebih parah dan lebih fatal, ini merupakan fitnah besar dalam kaitan dengan agama sehingga pada surat Al Baqarah [2] ayat 193, Allah swt berfirman: "Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim."

Lebih lanjut, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Dzilalil Quran menegaskan: “Sesungguhnya 'fitnah terhadap agama' berarti permusuhan terhadap sesuatu yang paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu, ia lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada membunuh jiwa seseorang, menghilangkan nyawa dan menghilangkan kehidupan. Baik fitnah itu berupa intimidasi maupun perbuatan nyata atau berupa peraturan dan perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan manusia, merusak dan menjauhkan mereka dari manhaj Allah serta menganggap indah kekafiran dan memalingkan manusia dari agama Allah itu."


Sebagai agama yang menekankan perdamaian, pada dasarnya Islam tidak menghendaki terjadinya peperangan dan permusuhan antar manusia meskipun mereka berbeda agama, tapi bila orang-orang kafir sudah sampai pada tingkat memerangi kaum muslimin, maka pembalasan harus dilakukan dan bila mereka berhenti memerangi umat Islam apalagi mereka masuk Islam, maka permusuhanpun diakhiri. Karena itu, Sayyid Quthb menambahkan: “Betapa mulianya Islam ini. Dia melambai-lambaikan ampunan dan rahmat bagi orang-orang kafir dan menggugurkan hukum qishash dari mereka semata-mata karena mereka mau masuk ke dalam barisan Islam setelah sebelumnya mereka membunuh dan memfitnahnya serta melakukan berbagai macam tindakan kasar terhadapnya. Tujuan perang ialah memberikan jaminan agar manusia tidak difitnah lagi dari (memasuki atau melaksanakan) agama Allah, dan agar mereka tidak dijauhkan atau dimurtadkan darinya dengan kekuatan atau semacamnya seperti kekuatan undang-undang yang mengatur kehidupan umum manusia dan kekuatan-kekuatan untuk menyesatkan dan merusak”.

MACAM-MACAM FITNAH.

Fitnah yang dikategorikan lebih kejam dari pembunuhan bisa dikelompokkan menjadi beberapa macam. Pertama adalah syirik, yakni mensekutukan Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt yang artinya: "Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), Maka tawanlah mereka dan Bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka." (QS An Nisa [4]:91)

Kedua, kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada kaum muslimin, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan (fitnah) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS Al Buruj [85]:10)

Menurut Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili, yang dimaksud dengan cobaan atau fitnah adalah berbagai macam siksaan seperti dibakar hidup-hidup supaya orang beriman menjadi murtad. Maka bila mereka tidak bertaubat, siksaan jahannam yang membakar mereka akan menjadi balasannya.

Pada masa Rasulullah saw banyak sahabat yang mengalami fitnah berupa siksaan seperti yang dialami oleh Bilal bin Rabah yang diseret di atas padang pasir yang panas, dicambuk, dijemur sampai ditindihkan batu besar. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang akhirnya mati karena mengalami siksaan yang amat berat.

Ketiga adalah fitnah dalam arti memperebutkan harta yang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang zalim saja, tapi bisa terjadi pada siapa saja karena sikap mereka yang melampaui batas, bahkan bisa jadi antar sesama saudara, suku dan dalam organisasi perjuangan, mereka bisa bermusuhan karena berebut harta. Hal yang amat mengkhawatirkan adalah dengan sebab harta seseorang menggadaikan nilai-nilai idealisme kebenaran yang selama ini telah diperjuangkannya dan ini merupakan fitnah yang besar, karenanya bagi mereka akan disiapkan siksa yang Amat keras, Allah swt berfirman: "Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan (fitnah) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS Al Anfal [8]:25).

Dalam menghadapi fitnah, setiap kita harus berlindung kepada Allah swt agar tidak termasuk orang-orang yang menjadi pelaku fitnah. Disinilah letal pentingnya bagi untuk memiliki kekuatan rohani.


Drs. H. Ahmad Yani (ayani_ku@yahoo.com)

Berharap Syurga-Mu

Memang saya tak setampan Nabi Yusuf alaihi salam, yang pesonanya
membuat Zulaikha tergila-gila kepadanya dan belasan wanita cantik
lainnya rela mengiris tangannya tanpa sadar lantaran tersihir keelokan
wajah putra Ya'kub itu. Ketampanan Yusuf bukan semata fisik, melainkan
cahaya di hatinya yang memancarkan kemuliaan. Bandingkan dengan diri
ini, tak seujung kelingking pun ketampanan saya bisa menyaingi Nabi
mulia itu.


Saya pun tak sesabar Nabi Ibrahim alaihi salam, berdakwah hingga
usianya lebih seabad namun hanya sedikit pengikutnya. Yang bersabar
hingga hari tuanya untuk bisa menimang putra tercinta Ismail. Coba
lihat diri ini, sering tergesa-gesa tak sabaran

Sosok ini pun tak setaat Ismail putra Ibrahim, yang ikhlas menjalankan
perintah Allah meskipun harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Bahkan
Ismail tak bergeming saat setan menggodanya. Hmm, mudah sekali rasanya
setan-setan menggoda diri ini. Mungkin karena saya belum benar-benar
taat kepada-Nya.

Diri ini jelas-jelas tak setabah Nabi Ayub alaihi salam dalam
menjalani cobaan dari Allah. Ayub yang bertahun-tahun diuji Allah
dengan penyakit, tak sedikit pun mengeluh. Justru sebaliknya, ia
merasa ujian itu adalah cara Allah mendekatinya. Sedangkan saya, baru
kena flu saja sudah uring-uringan, bagaimana diberi penyakit yang
lebih parah? Bisa-bisa jadi alasan untuk malas beribadah.

Saya juga tak sehebat Nabi Daud alaihi salam, yang meski bertubuh
kecil sangat pemberani melawan Raja Jalut. Begitupun Nabi Musa alaihi
salam yang tak gentar berhadapan dengan penguasa paling lalim
sepanjang masa, Firaun. Ia berani mengungkapkan kebenaran dengan nyawa
taruhannya. Duh, jika saya berada pada posisi seperti itu, sanggupkah?
Bahkan menegur sahabat yang berbuat salah pun terasa berat lidah ini
mencobanya. Ironisnya, saya sering bersembunyi, pura-pura buta setiap
kali kemungkaran berlaku di depan mata ini.

Hati ini tak setegar Nabi Nuh alaihi salam yang tetap tersenyum
mendapati ejekan dari kaumnya, termasuk isteri dan anaknya sendiri.
Bahkan ketika air bah datang, Nuh tetap mengajak kaum yang sebelumnya
tak henti mengejeknya sebagai orang gila. Andaikan saya yang diejek,
emosi lah yang didahulukan. Kalau perlu saya menantang siapapun
penghina itu untuk berkelahi, saling menumpahkan darah. Saya mudah
marah, gampang tersulut emosinya, mudah terprovokasi, ah jauhlah dari
sifat Nabi Nuh.

Akal pikiran ini tak secerdas Nabi Harun alaihi salam, yang karena
kecerdasannya ia diperintah Allah menemani Musa menghadapi Firaun
sekaligus menghadapi para pengikutnya. Kejernihan pikirannya,
menjadikan ia teramat mudah mendapat hikmah dari Allah. Saya
benar-benar iri kepada Nabi Harun yang tak pernah berhenti belajar.
Berbeda dengan saya yang terkadang sudah merasa cukup pintar, sering
berpikir bahwa diri ini sarat ilmu pengetahuan.

Saya benar-benar tak sebijak Nabi Sulaiman alaihi salam, dalam segala
hal. Ia yang mampu mendengar suara semut yang ketakutan akan derap
pasukan Sulaiman, bahkan sangat kasih terhadap makhluk yang sangat
kecil itu. Karena kebijaksanaannya itulah, ia dicintai oleh segenap
makhluk di bumi, dari bangsa manusia hingga jin, dari hewan di darat,
udara sampai di dalam lautan. Sulit rasanya saya sekadar mencoba
berlaku bijaksana dan adil. Saya masih egois, melihat untung rugi
dalam berbuat, mengedepankan siapa yang dekat dengan saya dan siapa
yang saya suka, bukan siapa yang benar dan berbuat kebaikan.

Nabi Isa alaihi salam mengajarkan tentang kelembutan hati. Tentang
berbagi, membantu sesama, menolong orang tanpa pamrih, meringankan
beban kaum dhuafa, menyediakan tangannya untuk orang-orang yang
kesusahan, dan mengobati yang sakit. Hatinya selalu menangis melihat
orang-orang yang menderita, dirinya selalu berada di sekeliling kaum
dhuafa. Sedangkan saya, berkali-kali menyaksikan fenomena kemiskinan,
kesusahan, penderitaan di berbagai tempat, tetap saja hati ini sekeras
batu,.Tak gampang menangis jika bukan diri ini sendiri yang mengalami
kesusahan.

Bagaimana dengan Rasulullah Muhammad Sallallaahu alaihi wassallaam?
Sungguh, beliaulah teladan seluruh manusia. Tentang cinta, kasih
sayang kepada sesama, urusan rumah tangga, kelembutan sikap, kemuliaan
akhlak, tutur kata, persahabatan, persaudaraan, kepemimpinan,
berwirausaha, seluruhnya sempurna. Tak cukup jutaan lembar kertas
untuk menuliskan keindahan pribadinya, diperlukan samudera tinta guna
melukiskan kemuliaan akhlaknya.

Tetapi saya? Tak berani menyebut satu saja keunggulan pribadi diri
ini. Sebab, satu terbilang, maka seratus keburukan segera terucap.
Andaikan saya setampan Yusuf, mungkin saya akan sombong dan tak
bersyukur. Misalkan saya sepemberani Daud, belum tentu digunakan untuk
membela kebenaran. Adapun saya pernah membantu seseorang, pamrih,
ujub, riya pun mengiringi perbuatan itu.

Jangankan untuk meniru sifat para Nabi dan Rasul, mendekatinya pun tak
mungkin. Jangankan menyamai pribadi mereka, mengikuti jejak para
sahabatnya pun tak sanggup. Berkaca pada manusia-manusia pilihan-Mu ya
Rabb, saya malu, teramat malu.

Jika demikian adanya, di pintu mana saya boleh mengetuk surga-Mu?

ditulis oleh:
Sahabatku, Bayu Gautama.

Mari Jaga Keutuhan dan Kesatuan Kita

"Qiyadatu mukhlishoh wa jundiyatu muthi'ah"
(Pimpinan yang ikhlas dan kader yang loyal)

Kata-kata di atas merupakan salah satu jargon lahir dalam ranah tarbawiyah, menunjukkan salah satu bentuk pola hubungan timbal balik antara para qiyadah dengan para junud. Dalam skala yang paling kecil menunjukkan pola hubungan antara para murobbi dan para mutarobbi.

Keikhlasan qiyadah-lah yang akan menumbuhkan adanya keta'atan dari para junud. Keikhlasan yang tidak hanya keluar dalam tataran verbal semata tapi terlihat dalam tataran 'amal. Dalam cara pandang yang lain, contohnya, keikhlasan tersebut nuansanya akan bisa juga terlihat dalam cara berbicara, cara berpakaian, cara tersenyum bahkan dalam cara memberikan instruksi/arahan, nuansa keikhlasan kentara terasa. Dengan keikhlasan seperti inilah maka para junud merasakan adanya kenyamanan berada dalam arahan dan bimbingan para qo'id tersebut. Kenyamanan inilah yang nantinya menghasilkan sikap keta'atan dari para junud. Dalam kondisi inilah dengan sendirinya sikap tsiqoh akan muncul.

Namun jangan dilupakan pula, sebaik-baiknya taujih adalah taujih robbani. Dengan sendirinya unsur utama tersebut merupakan katalisator dalam pembentukan sikap tsiqoh ini.

Dalam perspektif organisasi, tsiqoh bil jama'ah menduduki tempat yang utama, sekaligus merupakan parameter loyalitas seorang junud. Tsiqoh bil qiyadah merupakan personifikasi sikap tsiqoh bil jama'ah, inilah pemahaman yang selayaknya hadir dalam setiap junud.

…jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya…" (QS.Al Hujurat;6)
Rasulullah SAW marah besar kepada Harits bin Dhirar, ketika Harits bin Dhirar datang menghadap untuk melakukan klarifikasi mengapa utusan Rasulullah SAW tidak kunjung datang untuk mengambil zakat yang terkumpul.

Ternyata sang utusan, Walid bin Uqbah, memang tidak melaksanakan tugasnya dengan amanah, dia memang tidak pernah sampai ke tempatnya Harits bin Dhirar, sebaliknya malahan dia kembali lagi ke Madinah dan sewaktu melaporkan hasil tugasnya kehadapan Rasul, Walid bin Uqbah mengabarkan bahwa Harits bin Dhirar tidak mau memberikan zakat yang telah dijanjikan dan malah mau membunuhnya. Inilah yang menjadi sebab kemarahan Rasulullah SAW kepada Harits bin Dhirar.

Harits bin Dhirar tabayyun langsung ke hadapan Rasul, dengan mengatakan "Wahai Rasulullah, kaum kami telah masuk kedalam Islam dan telah mengumpulkan zakat sebagaimana yang telah engkau perintahkan. Namun sampai dengan waktu yang ditentukan ternyata utusan-mu tidak pernah tiba ke tempat kami untuk mengambil zakat tersebut. Kami takut karena kemarahan Allah dan Rasul-nya yang menyebabkan tidak adanya utusan yang datang ke tempat kami. Karena itulah saya dan pembesar-pembesar kami datang menghadapmu. "

Dan turunlah Al-Hujurat ayat 6 di atas tersebut.

Demikianlah Walid bin Uqbah, seorang sahabat dan kader dakwah pada masa Rasulullah SAW, yang telah mendapatkan kemuliaan dengan menjadi salah seorang utusan Rasulullah SAW, ternyata tidak bisa menunaikan amanah dengan baik, malah melaporkan informasi yang menyesatkan bagi Rasulullah SAW berkaitan dengan Harits bin Dhirar. Allah dan Rasul-Nya yang akan menentukan bagaimana bentuk sanksi yang akan menimpanya.

Harits bin Dhirar, sosok kader dakwah yang lainnya, begitu dia merasakan adanya ketidaksesuaian antara janji yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dengan kenyataan yang terjadi maka sikap yang diambilnya adalah pertama melakukan instropeksi, bila ada perilaku dia dan kaumnya yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya murka sehingga tidak mengirim utusan sebagai salah satu bentuk sanksi yang diberikan, kedua, kemudian melakukan tabayyun langsung ke hadapan Rasulullah SAW dengan membawa para pembesar di kaumnya untuk menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. (Lihat selengkapnya dalam tafsir Ibnu Katsir berkenaan dengan ayat tsb di atas).

Pernah ada satu masa dimana saat itu, informasi-informasi yang berkaitan dengan issue-issue kejama'ahan belum begitu semeluas sekarang ini. Saat itu informasi seputar kejama'ahan hanya berkutat dalam area yang terbatas, dan hanya dinikmati juga oleh orang-orang yang terbatas yaitu para kader dakwah itu sendiri, hal ini merupakan konsekuensi yang wajar karena dakwah saat itu masih mempersiapkan diri, menata diri untuk siap-siap memasuki pintu dakwah berikutnya yang sangat lebar yaitu dakwah kepada masyarakat dalam era keterbukaan (jahriyatu jamahiriyyah da'wah).

Dalam hal pengelolaan informasi, struktur saluran informasi yang tercipta saat itu bisa menghasilkan sterilisasi informasi dari unsur-unsur pengotor. Sehingga informasi kejama'ahan yang beredar bersih, terang dan shohih. Pola khas-nya adalah bottom up atau top down (vertical).

Karena tuntutan keniscayaan dakwah inilah, maka akhirnya tarbiyah memasuki masa keterbukaannya. Tarbiyah dalam era kekinian sebagai konsekuensinya menghadapi kenyataan bahwa betapa informasi, isu-isu seputar tarbiyah dan kejama'ahan begitu banyak berserakan dimana-mana. Saking berserakannya, maka menjadikan kita begitu mudah untuk mengambilnya. Saking berserakannya, maka timbul kesamaran mana informasi yang wadhih dan shohih, dan mana informasi yang menyesatkan. Konsumennya pun menjadi tidak semata-mata para kader saja bahkan masyarakat luas pun bisa menikmatinya. Informasi itu bisa datang dari samping kiri atau kanan kita. Tanpa kita mencaripun, tanpa menyengajapun, kita akan menemuinya.

Bila masa itu telah tiba, dimana para kader kadang mudah terprovokasi dengan pelbagai informasi yang diterima dari kanan atau kirinya. Tanpa menyadari (karena kemasan yang begitu baik, begitu ngikhwah, begitu *ks) bahwa diantara sekian informasi yang diterima itu boleh jadi ada yang sebagian dilontarkan oleh pihak yang membenci dakwah ini, memusuhi, bercita-cita agar dakwah ini hancur. Maka lunturlah ketsiqohan, terkikislah keta'atan. Persis seperti apa yang Allah gambarkan dalam ayat-Nya di atas.

Ikhtisar, Ingatlah kita semua adalah junud dalam dakwah ini, inilah saatnya kita menunjukkan sikap dan perilaku kita sebagai kader sejati. Kewajiban kitalah untuk mengawal jalannya kereta dakwah ini, karenanya kita harus tsiqoh kepada dakwah ini, tsiqoh kepada jama'ah ini, sikap kita :
1.Tolaklah lebih dulu, berilah pembelaan dakwah, bila menemui adanya informasi yang 'miring' , jangan terburu atau terpengaruh untuk ikut-ikutan membenarkan.
2.Ruju' kepada murobbi, tanyakanlah hal ihwal permasalahan ini kepada murobbi, bila ybs tidak bisa memberikan penjelasan, pasti ybs akan menanyakannya pula kepada murobbinya. Inilah salah satu saluran informasi yg bersih itu.
3.Simaklah bayanat yang di keluarkan oleh struktur, namun perlu diingat tidak setiap permasalahan memerlukan bayanat. Ada skala prioritas. Inilah saluran informasi bersih lainnya.

Wallahu a'lam.

Jumat, 06 April 2012

Pendidikan Seorang Muslim Harus Dimulai dari Al-Qur'an



Oleh Chandra Kurniawan
Orang-orang salaf pada zaman dulu, jika mempunyai anak, mereka mengajari anak-anak mereka dengan menghafal Al-Quran dan mendengarkan hadits. Jadilah iman anak-anak itu kokoh dan kuat. Akan tetapi, kini manusia tidak lagi demikian. Anak-anaknya banyaknya disibukkan dengan ilmu-ilmu orang kuno dan menjauhi hadits Rasulullah. (Imam Ibnu Al-Jauzy)
Bila kita melihat adik-adik kecil kita yang masih bersekolah di TK sampai Sekolah Dasar, mereka disibukkan dengan pelajaran-pelajaran yang berbau Logis-Matematis-Linguistik. Mereka dituntut untuk pandai berhitung dan membaca. Seolah-olah keduanya menjadi kewajiban yang harus diraih terlebih dahulu agar sang anak memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di dunia. Karena sudah di mindset seperti ini, orangtua pun menyalahkan anaknya yang nilai Logis-Matematis-Linguistiknya jelek.
Mungkin akan ada yang bertanya, apakah tidak boleh mempelajari pelajaran Logis-Matematis-Linguistik? Tentu saja boleh. Hanya saja seharusnya orangtua lebih mengarahkan dan memprioritaskan anak-anak mereka dengan pelajaran-pelajaran dasar keimanan dan keislaman, seperti membaca dan menghafal Al-Quran dan Al-Hadits.
Mengapa harus membaca dan menghafal Al-Quran dan Al-Hadits? Bila mempelajari Al-Quran dan Al-Hadits di saat kecil, kita akan lebih mudah menghafalnya dibanding ketika kita sudah dewasa dan tua. Karena masa anak-anak tidak disibukkan dengan mencari nafkah dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya seperti yang dilakukan orangtua mereka.
Kedua, Al-Quran adalah petunjuk hidup orang-orang beriman yang mengantarkannya kepada jalan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bila kita sudah mampu membaca dan menghafalnya, berarti kita sudah mampu melangkah pada tahap berikutnya, yaitu memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita. Syaikh Muhammad Khair Ramadhan dalam bukunya ?"Petuah-Petuah Luqmanul Hakim" mengatakan bahwa salah satu pintu meraih hikmah adalah dengan menghafal Al-Qur'an. Karena hanya dengan menghafalnya, kita akan selalu diingatkan dengan apa yang kita hafal itu. Misalnya, ketika sehabis shalat kemudian ada keinginan berbuat maksiat, sebuah ayat Al-Quran mengingatkannya, "Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45) Lalu dia menyadari akibat yang akan ditimbulkannya bila dia melakukan kemaksiatan itu. Kemudian dia menjauhi kemaksiatan itu.
Atau ketika hati sedang gelisah, kita teringat dengan ayat, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28) Maka, kita pun mulai mengingat Allah.
Atau ketika mulai timbul malas dalam belajar, kita diingatkan oleh kisah tentang Thalut, "Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?' Nabi (mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.' (QS.  Al-Baqarah: 247) Ternyata untuk menjadi seorang pemimpin harus rajin belajar dan berolahraga.
Dan seterusnya. Ayat-ayat Allah datang mengingatkan kita. Begitupun bila kita malas beramal saleh, maka Allah memberikan kabar gembira kepada kita dengan surga dan kenikmatan-kenikmatan lainnya apabila kita rajin beramal. Kemudian tumbuhlah semangat kita dalam beramal. Imam Syafi'i pernah berkata, 'Ilmu mendorong kita beramal'.
Rasulullah Saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Quran. Sebab, orang-orang yang ahli Al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang yang disucikan-Nya." (HR. Thabrani)
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan kandungan hadits ini dalam buku Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 1, "Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka; agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya; dan juga agar mereka terikat dengan Al-Quran baik semangat, metode maupun bacaannya."
Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash juga berkata, "Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw. sebagaimana kami mengajarkan surah Al-Quran kepada mereka."
Filsuf muslim kenamaan, Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, memberikan wasiat sebagai berikut, "Dengan mengajarkan Al-Quran Al-Karim kepada anak-anak, hadits-hadits, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama."
Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Quran kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Quran merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Quran merupakan salah satu syiar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.
Ahli kedokteran muslim terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al-Quran. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Quran serta tertanam dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.
Lihatlah, mereka merasa bangga anak-anak mereka mampu menguasai Al-Quran dan Al-Hadits. Tapi, sekarang, banyak orangtua yang merasa malu bila anak-anak mereka lebih memilih belajar ilmu Al-Quran dan Al-Hadits di Pesantren atau sekolah-sekolah Islam.
Tidaklah mengherankan bila generasi Islam saat ini selain tidak mengenal agamanya, tidak pula meraih kemajuan dan kejayaan yang mereka impi-impikan. Sedangkan generasi di masa keemasan Islam, mereka dapat meraih kemajuan baik di bidang duniawi maupun ukhrowi. Karena mereka dekat dengan Al-Quran dan Al-Hadits. Orangtua di masa itu mengantarkan anak-anaknya untuk mempelajari Al-Quran dan As-Sunnah. Setelah basic mereka cukup kuat dan kemampuan dasar mereka terpenuhi, para orangtua itu membebaskan anak-anaknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat. Justru dengan Al-Quran dan As-Sunnah itu semakin mendorong mereka untuk lebih tekun mempelajari ilmu pengetahuan. Tidaklah mengherankan bila banyak kita temukan para ilmuwan muslim menguasai beragam ilmu pengetahuan mulai dari ilmu agama, ilmu sastra, ilmu sosial hingga eksak.
Oleh karena itu, masa keemasan Islam tidak bisa dilepaskan dari pendidikan Al-Quran dan As-Sunnah. Sebagaimana hasil penelitian Dr. Osman Bakar -- filsuf dan ilmuwan Malaysia -- dalam bukunya yang berjudul Tauhid dan Sains,  "Tak diragukan bahwa, secara relijius dan historis, asal-usul dan perkembangan semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal-usul dan perkembangan hal yang sama di Barat. Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan sumber relijius semangat ilmiah dalam Islam ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat dalam ilmu-ilmu agama."
dikutip dari blog penerbit jabal Bandung.

Minggu, 11 Maret 2012

MUSTOFA BISRI


KH. A. Mustofa Bisri, kini Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Belajar di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, dan Universitas Al-Azhar Kairo, disamping di pesantren ayahnya sendiri, Raudlatuth Tholibin Rembang.
Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair. Karya-karyanya yang telah diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa’aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997). dan juga Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).
Karya-karya lain yang insya Allah akan terbit, adalah Fikih Keseharian II (Al-Miftah Surabaya). Sementara itu, dia produktif menulis di media massa ibukota dan media massa daerah.

Peluang Menulis di Media Anak

 

  • Majalah Bobo
Email : bobonet@gramedia-majalah.com
1. Font: Arial. Ukuran: 12. Jarak spasi: 1.5
2. Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman (Dongeng atau cerpen maksimal 3 halaman folio spasi ganda)
250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman.
3. Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
a.     Nama lengkap
b.     Alamat rumah
c.     Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
d.     Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank)
4.     Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan
pekerjaan.
5.     Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
Redaksi Majalah Bobo
Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530
Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita
1.     Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2.     Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA
(suku, agama dan ras)
3.     Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4.     Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
5.     Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
6.     Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7.     Penulis yang naskahnya  diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah
Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
8.     Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
9.     Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan
cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
10.   Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan
pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.
Bobo juga menerima karya terjemahan, saduran, dan sejenisnya (jangan lupa sebut sumber).
  • Majalah Mombi SD
Email : mombi@gramedia-majalah.com
Alamat redaksi : Gedung Gramedia Majalah Lt. 4 Jl. Panjang No. 8A Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
  • Majalah Girls
Segmen pembacanya adalah anak-anak usia kelas 5 SD sampai SMP.
Dongeng atau cerpen panjang 5.200 dengan spasi. Times New Roman: 12. Spasi 1.5
Kirim via surat berupa naskah dan file dalam disket ke alamat redaksi: Gedung Gramedia Majalah Unit 1 Lt.4 Jl Panjang No 8A, Kebon Jeruk Jakarta 11530.
Alamat Email: girls@gramedia-majalah.com
Di bawah naskah cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon serta nomor rekening.
  • Kompas Anak
Cerpen/dongeng atau artikel
Maksimal panjang 3 halaman kuarto untuk cerpen/dongeng
Maksimal panjang 4 halaman kuarto untuk rubrik Boleh Tahu (artikel Pengetahuan)
Diketik 2 spasi. Font: Times New Roman.
Kirim via surat: Jl Palmerah Selatan No 26-28 Jakarta 10270
Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon serta nomor rekening
atau email ke: kompas@kompas.co.id dengan subject: kompas anak, boleh tahu: [judul] untuk rubrik Boleh Tahu
  • Majalah Bravo
Segmen pembaca anak-anak dengan misi majalah ini adalah untuk memotivasi anak-anak dalam meraih cita-citanya.
Panjang naskah sekitar 500-600 kata (khusus dengan cerita berkarakter manusia)
Font Arial, point 10, spasi 1,5
Alamat: PT. Penerbit Erlangga Jl. H. Baping No. 100, Ciracas, Jakarta 13740.  Telp: (021)8717006 Ext.228
E-mail: redaksi@majalahbravo.com
Cantumkan subjek ‘naskah’ atau ‘ilustrasi’
Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon serta nomor rekening.
  • Majalah Mentari
Segmen pembaca: anak-anak
Kompleks jawa Pos Group Jl. Sumatera 31-Lt.2
Surabaya 60281
Telp: 031-5029642, 5028269
Untuk persyaratan Teknis, sama dengan majalah anak lainnya: 1- 3 halaman, spasi 1 ½.
Pilihan cernak yang dimuat.
1. Cerpen
2. Dengeng
3. Fabel
4. Cerita Sebelum Tidur (1 halaman)
e-mail: majalahmentari@yahoo.com, atau majalahmentari@plasa.com
Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, dan nomor telepon (Majalah ini masih mentransfer honor penulis dengan wesel)
  • Majalah Ummi
email: ummi@ummigroup.co.id atau kru_ummi@yahoo.com

  • Resensi buku di Cerpen Anak Kompas
150 kata untuk resensi buku di kompas anak plus scan cover. Email kompas@kompas.co. id
subjek (kompas anak) resensi-judul buku
  • Majalah Aku Anak Saleh (majalah anak muslim)
Naskah tidak lebih dari 3000-5000 karakter (kurang lebih 1,5 halaman A4). Spasi 1,5. Font 12 times new roman)
Alamat: Jl. Dewi sartika no.357 Jakarta 13630 telp. 8013215
  • Majalah Ino
Jl. M. Saidi no. 34A Petukangan selatan Jkarta 12270
Imel: inomajalah@yahoo.com telp. 73690979
  • Majalah Berdi
email: majalah.berdi@gmail.com
  •  Majalah Irfan (Majalah Anak Muslim)
Redaksi IRFAN menerima tulisan dari luar untuk rubrik-rubrik berikut ini: Atau bisa lihat di sini.
1. Cerpen
Ketentuan:
- Tema cerpen berisi hal-hal yang dapat membangun jati diri anak Indonesia
- Bernuansa Islami meskipun tidak harus melulu dengan simbol-simbol Islam.
- Panjang naskah 600-900 kata (cek word count)
2. Flora
Berisi informasi populer dan menarik tentang dunia tumbuhan.
Ketentuan naskah:
- Diutamakan memiliki unsur keunikan tertentu yang menambah pengetahuan baru.
- Panjang naskah 500-700 kata
- Lebih disukai bila naskah disertai foto-foto penunjang, dengan besar file masing-masing foto minimal 400 KB.
- Sertakan keterangan kepemilikan copyright atau sumber jika menggunakan foto hasil karya orang lain.
3. Fauna
Rubrik yang memberikan informasi populer dan menarik tentang dunia hewan.
Ketentuan naskah:
- Diutamakan memiliki unsur keunikan tertentu yang menambah pengetahuan baru.
- Panjang naskah 500-700 kata
- Lebih disukai bila naskah disertai foto-foto penunjang, dengan besar file masing-masing foto minimal 400 KB.
- Sertakan keterangan kepemilikan copyright atau sumber jika menggunakan foto hasil karya orang lain.
4. English Story
Cerita sederhana dalam bahasa Inggris yang bertujuan mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak-anak (target pembaca kelas 3 SD ke atas).
Ketentuan:
- Panjang naskah 400 – 600 kata
- Menyertakan terjemahan daftar kata sulit
5. Reportase Cilik
Pengisi rubrik ini khusus hanya anak-anak usia SD. Bertujuan untuk melatih kemampuan merangkum pengalaman dan fakta dalam bentuk tulisan.
Ketentuan:
- Panjang naskah 500-700 kata
- Berisi berita ringan tentang pengalaman kunjungan ke tempat-tempat yang menarik seperti museum, tempat bersejarah, wisata alam, sekolah, dan sejenisnya.
- Disertai file foto-foto penunjang dalam format asli (bukan hasil cropping)
- Disertai keterangan kepemilikan copyright foto.
Silakan kirim naskah terbaik Anda ke redaksi@majalahanak-irfan.com.

CATATAN:
1. Naskah dikirim dalam attachment (bukan di badan email)
2. Cantumkan nama rubrik dan judul naskah sebagai subject email supaya redaksi lebih mudah mengklasifikasikan naskah.
  • Yunior (Suplemen Anak Suara Merdeka)
Email: yunior@suaramerdeka.info
alamat redaksi: Jl. Kaligawe  Km 5 Semarang 50118
panjang naskah kira-kira 3-4 halaman kuarto. Terbit seminggu sekali (tiap hari minggu).
  •  CNS Junior Magazine
Cerpen utk pembaca usia 4-6 thn. Kirimkan ke dmariskova@gmail.com bsrt data diri & no rekening. Tulis disubject: shortstory
Untuk ikutan ngirim cerpen ke mjlh anak C’nS Junior. Syarat: 1.5hal, font Times New Roman 12, 1.5spasi, menggunakan bhs INGGRIS
  • Majalah Imut
Naskah cerpen anak/dongeng max.3 halaman ukuran A4. Lebih disukai yang bertema budi pekerti. Bisa via email : olga.batti@yahoo.com
Sobat Imut yang masih SD. Yuk kirim karanganmu di Rubrik MY STORY. Ceritakan pengalamanmu yang paling seru supaya teman-temanmu bisa membaca kisahmu di Majalah Imut. Email : olga.batti@yahoo.com Tulis biodata kamu ya. Bila kisahmu asik dan spesial, Imut akan memuatnya dan memberimu bingkisan menarik.
*Sumber Mbak Olga Emery Oktavia Batti ( Redaksi Majalah Imut )

Peluang Menulis dari Penerbit Andi

Informasi dari Penerbit Andi
SHEILA (imprint khusus buku-buku fiksi novel & kumcer)
- tema bebas, apa saja kami terima selama tidak menyinggung timbulnya isu SARA
- naskah yang sudah selesai di kirimkan dalam bentuk print out/hard copy
- sertakan sinopsis
- sertakan biodata lengkap
- cantumkan email dan nomor kontak
- tulisan sesuai dengan EYD yang berlaku
- panjang halaman untuk novel min 100 halaman, 1,5 spasi. font arial 11.
- untuk kumpulan cerpen minimal berjumlah 15, dengan rata-rata panjang 1 cerpen adl 8 halaman spasi 2. font arial 11.
kirimkan naskah ke alamat berikut:
Penerbit Andi (imprint Sheila)
jl. beo no. 38 – 40. yogyakarta 55281. telp. 0274 – 561881  eks. 203
NYO-NYO (imprint buku-buku anak, fiksi dan nonfiksi)
untuk buku anak berseri
- tema bebas, selama tidak menyinggung timbulnya isu SARA
- minimal memiliki 5 seri
- memperhatikan EYD yang berlaku
- menyertakan ilustrasi (untuk naskah2 yang memang menggunakan ilustrasi). jika tidak, bisa dibicarakan lebih lanjut selama konten cerita cukup menarik.
- panjang halaman minimal 20 (ukuran naskah jadi)
- lebih diutamakan bilingual
- sertakan sinopsis, proposal, dan biodata lengkap
- naskah dikirmkan dalam bentuk print out/hard copy
kirimkan naskah ke alamat berikut:
Penerbit Andi (imprint NYO-NYO)
jl. beo no. 38 – 40
yogyakarta 55281
telp. 0274 – 561881 eks. 203
untuk novel anak
- tema bebas selama tidak menyinggung timbulnya isu SARA
- tulisan memperhatikan EYD
- panjang halaman minimal 80, spasi 2, arial 11
- sertakan sinopsis dan proposal (untuk novel yang berseri)
- tulisan dikirimkan dalam bentuk print out/hard copy
- sertakan biodata lengkap
- sertakan ilustrasi (jika ada)
kirimkan naskah ke alamat berikut:
Penerbit Andi (imprint NYO-NYO)
jl. beo no. 38 – 40
yogyakarta 55281
telp. 0274 – 561881 eks. 203
penilaian naskah akan berlangsung dalam kurun 3-4 bulan. naskah yang tidak bisa kami terbitkan akan kami kembalikan ke alamat surat yang kamu cantumkan. jika naskah anda kami terima, kami akan segera mengabari via telepon atau email.
terima kasih.